Menjanda karena sebab perceraian atau meninggalnya
suami bagaimanapun juga tidak lepas dari takdir dan ketentuan Alloh yang harus
diimani, dan sedih pasti ada. Ketabahan, ketegaran dan ridha itulah jawaban
untuk menghadapi apa yang sedang para wanita muslimah yang menjanda. Hanya Alloh
lah tempat memohon pertolongan.
Menjadi janda itu sendiri bukanlah serta-merta sebuah aib.
Mengingat, syariat memberi jalan bagi suami istri yang mengalami kebuntuan
dalam menyelesaikan konflik rumah tangga untuk bercerai yang nantinya mengakibatkan
pihak wanita berstatus janda. Berbeda halnya jika bila perceraian dilakukan
tanpa alasan-alasan yang dibenarkan syariat, atau dalam rangka mempermainkan
hukum talak dalam syariat Islam yang mulia. Maka, dalam konteks ini, Islam
melarang. Dan yakinlah jika memang perceraian terjadi karena sebab-sebab yang
dibenarkan syariat, maka Alloh akan mencukupkan keduanya.
Hal ini sebagaimana firman Alloh dalam Al-Qur’an surat An-Nisa ayat yang ke 130,
Jika keduanya
bercerai, Maka Alloh akan memberi kecukupan kepada masing-masingnya dari limpahan
karunia-Nya. dan adalah Alloh Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Bijaksana.”
Sebagai seorang wanita muslimah yang beriman kepada Alloh. hendaknya
orang yang telah menjadi di janda, berintrospeksi diri.
Jika seorang wanita menjanda terjadi karena perceraian, maka
janganlah selalu menyalahkan mantan suami atau pihak ketiga. Mungkin saja, kit
telah berbuat sesuatu yang menyumbang terjadinya keretakan rumah tangga,
disamping apa yang dilakukan suami dan pihak ketiga menurut pengamatan kita.
Misalnya, tidak menjalankan salah satu hak suami dengan sebaik-baiknya.
Introspeksi ini bisa menjadi salah satu faktor penenang hati,
lantaran telah terbentuk kesadaran kalau kita juga kadang mau menangnya sendiri,
berbuat salah tapi tidak menyadari, atau terlalu mengedepankan ego pribadi.
Dengan begitu, kesalahan yang sama insya Alloh
tidak terulang lagi di masa depan, apalagi bila kita dimudahkan oleh Alloh
mendapatkan pasangan hidup yang baru.
Kemudian orang yang menjanda hendaknya
senantiasa Menjaga diri.
Menjanda akan menimbulkan dampak buruk ketika si wanita tidak
menjaga diri, atau tidak memenuhi hukum-hukum yang termuat dalam ayat-ayat
al-Qur`an tentang perceraian. Jadi,
hendaknya menjaga sikap selaku muslimah. Berpakaianlah sesuai dengan petunjuk
syariat. Hindari hal-hal yang dapat mencoreng kehormatan, seperti sering keluar
apalagi di waktu malam. Rumah adalah tempat terbaik bagi muslimah. Kalau
terpaksa bekerja di luar rumah, maka tidak boleh melanggar syari’at dan
pilihlah jenis pekerjaan yang jauh dari campur-baur dengan lawan jenis.
Kemudian
hendaknya orang yang menjanda juga Tegar dengan taqdir Alloh .
Sejatinya,
janda juga seorang manusia yang tak bisa membuat takdir atas diri sendiri. Bila
memang biduk rumah tangga tak bisa lagi dikayuh karena hal sangat prinsipil(terutama
yang menyangkut akidah. Status menjanda adalah sebuah takdir yang memang harus
dijalani, jemputlah dengan segenap kekuatan jiwa dan raga serta tetaplah
bersyukur. Jangan sampai bola salju yang bernama “janda” itu justru lebih
dahulu menghantam, hingga kita lumat di dalamnya dan membuat anggapan miring
masyarakat semakin mendapat pembenaran.
Kemudian
jika kita menjanda hendaknya merasa Terhormat Meski Sendiri.
Hal ini
sebagaimana contoh mulia, Khadijah . Semasa jahiliyah, dimana perempuan Arab
adalah jenis manusia yang direndahkan, beliau mampu berdiri dengan agung.
Menjadi wanita terhormat yang dikagumi, meski beliau menyandang status janda.
Tak ada anggapan miring yang hinggap pada sosoknya, karena ia adalah perempuan
yang sangat pandai menjaga diri.
Ia pun tak
menjadi orang yang mengemis belas kasihan pada orang lain, karena ia mampu
berdiri tegak di atas kedua kakinya.
Ketika ia
memutuskan untuk kembali menikah pun, ia berhasil menjalani kehidupan yang
lebih baik bersama Rasululloh , ketimbang dengan dua suami terdahulunya.
Ibunda
Khadijah memang luar biasa. Namun, Ibunda Khadijah juga manusia biasa yang
langkahnya dapat dijejak kembali oleh Muslimah di masa sekarang. Artinya, bila
takdir berbicara bahwa kita harus menjanda, hiduplah menjadi seorang janda
layaknya Ibunda Khadijah . Yakni, janda yang tegar dan kuat, tak lelah untuk
bejuang di jalan Alloh untuk menjalani kehidupan, janda yang menjadikan warna
hidupnya bahkan lebih baik dan lebih mulia meski sendiri.
Menjadi janda
yang terhormat memang tak mudah. Perjalanan untuk menjadi sosok yang demikian
juga bukan masa yang ringan. Butuh kesabaran dan tekad yang kuat untuk tetap
berorientasi pada “hari esok yang lebih baik”. Sebab, masyarakat kita terbiasa
menyaksikan seorang janda yang tenggelam dalam kesedihan pasca kematian
suaminya atau pasca bercerai, ketimbang yang langsung bergerak mengusahakan
yang terbaik, berjuang, bangkit dengan lebih kuat dan tegar untuk kembali
mejalani hidup yang lebih baik untuk kehidupan dirinya dan anak-anaknya.
kemudian
hendaknya kita Lebih Baik dari Sebelumnya.
Namun
demikian, bukan berarti seorang janda sebaiknya memilih untuk tetap sendiri
setelah suaminya berpulang atau bercerai. Karena, menikah lagipun pilihan yang
baik untuk seorang janda. Akan tetapi, bila seorang janda hendak menikah lagi,
alangkah lebih baik jika terlebih dahulu memperhatikan langkah yang pernah
ditempuh oleh Ummu Salamah ,
Suaminya, Abu
Salamah sebelum meninggal, meminta istrinya untuk menikah lagi. Abu Salamah pun
berdoa kepada Alloh untuk mengaruniakan seorang laki-laki yang lebih baik
darinya dan tidak menyengsarakan serta menyakiti istrinya. Berbekal permohonan
suaminya pada Alloh itulah, Rasulullah pun akhirnya meminang Ummu Salamah. Maka
siapakah manusia yang lebih baik dari Rasulullah ?
Alangkah
indah bila pernikahan seorang janda Muslimah lebih baik dari pernikahan
sebelumnya. Hal ini sangat penting karena seorang janda pasti telah memiliki
pengalaman hidup bersama suaminya yang terdahulu. Bila pernikahan selanjutnya tidak
lebih baik dibanding pernikahan yang sebelumnya, pasti akan banyak penyesalan
yang menjelma.
Karena itu,
seorang janda Muslimah sebaiknya lebih berhati-hati dalam memilih calon suami
yang akan mendampinginya. Ibunda Khadijah pun mengajarkan yang demikan.
Beliau sangat
selektif dalam memilih pasangan hidupnya. Hampir seluruh pemuka bangsa Arab
menawarkan pinangan, tetapi beliau tetap diam dalam keagungannya.
Semoga Alloh memberikan rizki kepada para janda yang beriman dan
bertaqwa dan memasukan mereka kedalam jannah-Nya. Aamiin, Wallohu a’lam
Wassalamu’alaikum
warohamtullohi wabarokatuh.
0 Response to "6 CARA MENJALANI HIDUP MENJANDA"
Posting Komentar