Telah kita ketahui betapa besar pahala
mengajarkan Al-Qur’an, sebagaimana sabda Nabi shallallahu’alaihi wasallam, yang
berbunyi,
“Sebaik-baik kalian adalah yang belajar Al
Qur’an dan yang mengajarkannya”. Hadist Riwayat Bukhari.
Dalam hadits ini tidak ada pembatasan usia
tentang usia berapa kita belajar dan
siapakah orang yang kita ajari. Maka kita mengajarkan Al Qur’an kepada
anak juga termasuk ke dalam cakupan hadits ini. Namun demikian, tidak semua oran
tua dapat mengajarkan Al Qur’an kepada anaknya, baik anak kandung atau
selainnya dengan baik. Sehingga, boleh bagi kita menitipkan pengajaran anak
kepada guru ngaji yang mumpuni dalam ilmu tersebut.
Berikut ini tips sederhana cara mengajarkan
Al-Qur’an kepada anak dengan metode talkin, diantaranya,
Yang
pertama. Sebelum pengajar mulai membacakan surat,
ia harus mengingatkan anak agar memusatkan perhatiannya terhadap apa yang akan
dibacakan.
Yang demikian itu supaya terwujud padanya,
yaitu,
Yang
pertama. Anak menyimak bacaan pengajar sehingga
bisa menirukan setiap harakat huruf, ketika berhenti saat waqof pada
tempat-tempat berhenti serta cara mengucapkan huruf per huruf secara benar.
Yang
kedua. Hati anak menjadi khusyu’, tenang, dan
menghormati bacaan Al Qur’an saat mendengarkannya. Melatih anak membaca
Al-Qur’an langsung dari mushaf. Di samping itu juga memperkenalkan kepadanya
tanda-tanda waqof dan istilah-istilah untuk memperbaiki bacaan pada setiap ayat
seperti, mad, idghom, sukun, menebalkan huruf qolqolah, memperjelas makhroj,
tempat keluarnya setiap huruf, hamzah washol, hamzah qotho’ dan lain sebagainya.
Yang
kedua. Sebelum pengajar membacakan surat, ia
memulai dengan pembicaraan ringan yang menjadikan anak semangat mempelajari
surat tersebut dan memahami maknanya.
Selanjutnya, yang ketiga. Memperdengarkan bacaan Al Qur’an pada pendengaran anak
dengan bacaan yang khusyu’ lebih dari satu kali.
Yang
keempat. Anak diminta membaca surat itu sepenggal-penggal
secara bersama-sama lebih dari satu kali.
Yang
kelima. Sang pengajar membenarkan
kesalahan-kesalahan yang terjadi pada anak saat membaca Al Qur’an.
Yang
keenam. Pengajar menyuruh beberapa anak
mengulangi surat yang sudah dibacakan secara bersamaan. Kemudian menyuruh
beberapa anak yang lain dan seterusnya.
Yang
ketujuh. Setelah itu pengajar menyuruh anak satu
per satu membaca Al Qur’an, pengajar menyuruh salah seorang anak untuk membaca
Al Qur’an setelah ia memberi contoh bacaannya. Kemudian meminta anak lainnya
melakukan hal serupa, dan seterusnya.
Yang
kedelapan. Pengajar hendaknya mendiskusikan makna
surat kepada anak dengan memberikan pertanyaan ringan. Hingga pengajar
benar-benar mengetahui bahwa seluruh anak sudah memahami makna surat dengan
baik.
Yang
kesembilan. Pengajar Al-Qur’an harus menanamkan dalam
jiwa anak bahwa mempelajari Al-Qur’an adalah ibadah, dan Alloh ‘Azza wa Jalla akan
memberikan pahala yang sangat besar.
Yang
kesepuluh. Pengajar harus mempunyai target pada setiap
pertemuan, dan anak harus mengulangi ayat-ayat yang diajarkan dengan membacanya
berkali-kali.
Yang
kesebelas. Harus diperhatikan oleh pengajar yaitu
membenarkan bacaan anak supaya jangan sampai salah sedikitpun. Karena yang
sedikit itu akan dibawa sampai dewasa jika tidak dibetulkan.
Yang
kedua belas. Menjadi catatan untuk pengajar bahwa
anak difahamkan dengan makna ayat-ayat yang dia pelajari dengan pemahaman
sederhana, sesuai tingkatan akalnya.
Dan
yang ketiga belas. Dalam mengajar tentu
saja pasti ada hambatan-hambatan, maka hendaklah selalu berdo’a kepada Alloh ‘Azza
wa Jalla supaya diberi kesabaran dan keteguhan niat. Karena terkadang
dikarenakan hambatan-hambatan yang ada, seorang pengajar menjadi putus asa.
Demikianlah pembahasan kita pada edisi kali
ini, semoga menjadi motivasi bagi kita untuk lebih memperhatikan dalam
pendidikan anak-anak kita, khususnya mendidik anak untuk cinta dan senang
membaca, menghafal, dan juga mengamalkan Al-Qur’an, karena pada gilirannya
semua itu manfaatnya untuk kebaikan diri kita sendiri di dunia dan akhirat
nanti. Semoga Alloh ‘Azza wa Jalla menganugerahkan kepada kita isteri-isteri dan
keturunan kita sebagai aset kebahagiaan kita di dunia maupun di akhirat kelak.
Aamiin. Wallohu a’lam.
Wassalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh.
suka dengan artikelnya. Ilmu banget buat saya jadi pengajar anak-anak saya kelak. Terima kasih. ^_^
BalasHapus