8 SIFAT PENDIDIK YANG BERHASIL


Mendidik anak dibutuhkan pendidik-pendidik yang mengerti bagaimana kita harus mendidik. Seorang pendidik tentu diharuskan memiliki sifat-sifat pokok, sifat-sifat dasar yang membantu kita ketika sedang melaksanakan pendidikan kita kepada anak-anak didik kita. Memang, manusia yang sempurna tidak ada selain para Nabi dan para Rosul.

Namun, kita sebagai manusia biasa harus berusaha semaksimal mungkin, meniru pendidik yang paling mulia Rosululloh sholallohu ‘alaihi wasallam, yang Beliau adalah pendidik teladan secara mutlak. Baik mendidik anak-anak, maupun mendidik siapapun. Dan hendaklah para pendidik memberikan contoh dengan akhlak-akhlak yang terpuji, karena pendidik ibaratnya adalah benda, anak-anak didik ibarat bayang-bayang. Apabila benda itu lurus, maka luruslah bayangan benda tersebut. Jika benda itu bengkok, maka jangan harap bayangan benda itu akan menjadi lurus. Artinya, jika pendidik itu baik, insyaAlloh anak didiknya akan baik. Begitupun sebaliknya.

Berikut adalah sifat yang perlu dimiliki oleh kita sebagai pendidik, sebagaimana yang dicontohkan oleh Rosululloh sholallohu ‘alaihi wasallam, diantaranya,

Pertama. Kasih Sayang,
Sifat ini wajib dimiliki oleh setiap pendidik. Karenanya, orang yang hatinya keras, tidak layak menjadi pendidik.

 Sebab, kasih sayang ini merupakan perasaan sensitif yang secara otomatis bisa mendorong pendidik untuk suka meringankan beban orang yang dididiknya.

Ketika membicarakan sifat-sifat Rasulullah sholallohu ‘alaihi wasallam, kita akan menyaksikan, bagaimana Beliau memendekkan sholatnya ketika mendengar tangis anak kecil di belakang shaf, karena kasih sayang Beliau kepada ibunya yang merasakan kepedihan tangis anaknya.

Kita juga bisa menyaksikan bagaimana Beliau sholallohu ‘alaihi wasallam telah menerima penganiayaan orang-orang musyrik Makkah, dan di Thoif pun Beliau sholallohu ‘alaihi wasallam mendapatkan hal yang sama, ketika Beliau sholallohu ‘alaihi wasallam didatangi Malaikat penunggu gunung agar diperintahkan untuk menghancur leburkan suku Tsaqif, yang telah menghina dan menganiaya Beliau sholallohu ‘alaihi wasallam, maka perasaan kasih sayang yang memenuhi qolbu Beliau sholallohu ‘alaihi wasallam sang pendidik agung itu pun tergerak, kemudian Beliau sholallohu ‘alaihi wasallam mengubah adzab dengan doa untuk mereka, Beliau berdo’a,  “Semoga Alloh melahirkan dari generasi mereka, orang yang menyembah-Nya”.

Anas bin Malik juga pernah berkata, “Saya tidak pernah melihat orang yang begitu menyayangi keluarganya, melebihi Rosululloh sholallohu ‘alaihi wasallam”.

Yang kedua. Sabar,
sabar adalah bekal setiap pendidik. Setiap pendidik yang tidak berbekal kesabaran, ibarat musafir yang melakukan perjalanan tanpa bekal. Bisa jadi dia akan celaka, atau kembali.

Jika kita menelusuri biografi sang pendidik agung, Nabi sholallohu ‘alaihi wasallam ini, kita akan melihat bahwa Beliau sholallohu ‘alaihi wasallam merupakan lambang kesabaran yang patut dikibarkan, sabar terhadap penganiayaan kaumnya yang dilakukan terhadap tubuh Beliau sholallohu ‘alaihi wasallam, juga penyiksaan mereka terhadap jiwa Beliau sholallohu ‘alaihi wasallam, sampai urusan yang Beliau sholallohu ‘alaihi wasallam emban itu nampak jelas di hadapan mereka, dan kecemerlangan tujuan Beliau sholallohu ‘alaihi wasallam pun terlihat dengan jelas di depan mata mereka. Maka, kebencian mereka kepada Beliau sholallohu ‘alaihi wasallam pun berubah menjadi cinta, dan penganiayaan mereka berubah menjadi kasih sayang.

yang ketiga. Cerdas,
seorang pendidik harus pandai dan cerdas, fathonah, sehingga ia bisa menganalisa masalah obyek didiknya yang sangat rumit. Jika masalah tersebut baik, ia bisa menjadikannya sebagai cara terbaik bagi obyek didik tersebut, untuk mengembangkannya.
Dan jika masalah tersebut buruk, ia bisa memilih cara terbaik untuk menyelesaikannya. Dia juga bisa menganalisis apa yang bersangkutan dan tidak dengan obyek didiknya.

Dia juga bisa memahami emosi jiwanya dengan melihat raut mukanya. Juga bisa memahami perbedaan-perbedaan pribadi di antara mereka yang begitu rumit. Sebab, tugasnya adalah menyelami relung jiwanya melalui perbedaan-perbedaan tersebut, atau memanfaatkannya dengan maksimal untuk mengarahkan tiap individu pada hal-hal yang bisa diraihnya.

Rosululloh sholallohu ‘alaihi wasallam sebagai utusan Alloh ‘Azza wa Jalla, telah dihujani oleh Alloh ‘Azza wa Jalla dengan sifat kecerdasan sebagai fitrah asal Beliau sholallohu ‘alaihi wasallam. Seluruh analisis yang menganalisis kepribadian Rosululloh sholallohu ‘alaihi wasallam, dan para Ulama ushuluddin telah sepakat, bahwa Rosululloh sholallohu ‘alaihi wasallam secara pribadi serta Rosul-Rosul yang lain mempunyai sifat cerdas.

yang keempat. Tawadhu, atau rendah hati.
Seorang pendidik harus bersikap tawadhu kepada obyek didiknya. Sebab, kesombongannya hanya akan menambah jarak antara dirinya dengan obyek didiknya. Dan, ketika jarak tersebut semakin renggang, maka pengaruhnya akan hilang.

Rasulullah sholallohu ‘alaihi wasallam sebagai penghulu para pendidik, adalah orang yang paling tawadhu, hingga begitu tawadhunya sampai ketika Beliau sholallohu ‘alaihi wasallam bertemu anak-anak, Beliaulah yang terlebih dulu mengucapkan salam kepada mereka. Hingga ketika salah seorang budak perempuan Madinah meraih tangan Rosululloh sholallohu ‘alaihi wasallam,  dia pun bisa menggapainya dengan sesuka hatinya. Bahkan, ketika Beliau sholallohu ‘alaihi wasallam bertemu seorang lelaki, Beliau sholallohu ‘alaihi wasallam pun menyalaminya, dan tidak melepaskan tangan Beliau sampai lelaki itu melepaskan tangannya. Beliau sholallohu ‘alaihi wasallam juga tidak memalingkan mukanya sampai lelaki itu memalingkan mukanya.

Yang kelima. Berhati Lembut, hilm.
Seorang pendidik harus berlapang dada dan berhati lembut, hilm. Dia tidak boleh dihasut oleh kesalahan, bahkan oleh penghinaan yang ditujukan kepadanya. Tetapi, dia harus menyimpannya kemudian mengemukakannya dengan nada meremehkannya, yaitu tidak membesar-besarkan masalah tersebut. Setelah itu, dia harus mengarahkan perhatiannya untuk memecahkan faktor penyebab kesalahan tersebut.

Rasulullah sholallohu ‘alaihi wasallam adalah orang yang paling berhati lembut, hingga tak seorang pun bisa menghina Beliau. Telah diriwayatkan dari Anas bin Malik, ia berkata, “Saya pernah berjalan dengan Rosululloh sholallohu ‘alaihi wasallam dan Beliau memakai selimut buatan Najran, yang kulit luarnya kasar. Ketika Beliau sholallohu ‘alaihi wasallam diketahui oleh orang Badui, tiba-tiba orang tersebut menarik selendang atau syal Beliau sholallohu ‘alaihi wasallam dengan tarikan yang sangat kuat, sehingga saya melihat leher Rosululloh sholallohu ‘alaihi wasallam meninggalkan bekas kulit selimut akibat kuatnya tarikan tadi. Kemudian orang tersebut berkata, ‘Wahai Muhammad, berikan kepadaku harta Alloh yang kamu miliki.

Dalam riwayat lain dikatakan, “Anda tidak membawakan untukku dari harta Anda, dan juga harta bapak Anda”. Rosululloh sholallohu ‘alaihi wasallam kemudian menoleh kepadanya, dan tersenyum, lalu memerintahkan shahabat agar dia diberi harta benda”.

yang keenam, Pemaaf dan Pengampun.
Kelembutan hati Rosululloh sholallohu ‘alaihi wasallam tatkala perlakuan buruk ditujukan kepada pribadi Beliau sholallohu ‘alaihi wasallam, membuat Beliau sholallohu ‘alaihi wasallam selalu menyertainya dengan ampunan dan pemberian maaf kepada pelakunya, agar orang itu bisa memulai kembali kehidupan barunya.

Seperti contohnnya Rosululloh sholallohu ‘alaihi wasallam telah memaafkan orang Yahudi yang menyihirnya. Beliau sholallohu ‘alaihi wasallam juga telah memaafkan seorang wanita yang telah menaburkan serbuk racun dalam daging kambing yang disajikan kepada Beliau. Beliau sholallohu ‘alaihi wasallam juga memaafkan Ghaurats yang berniat membunuh Beliau. Demikian juga memaafkan orang yang berbuat nista kepada Beliau sholallohu ‘alaihi wasallam, termasuk orang Badui yang telah menarik syalnya, hingga kulit selimutnya membekas di leher Beliau. Beliau sholallohu ‘alaihi wasallam juga bisa memaafkan orang Badui yang diberi sesuatu oleh Beliau, kemudian Beliau bertanya kepada orang Badui tersebut, “Apakah aku sudah berbuat baik kepadamu?”. Orang Badui menjawab, “Tidak. Dan Anda pun tidak pernah berbuat baik”.

Beliau sholallohu ‘alaihi wasallam juga telah memaafkan penduduk Makkah, setelah mereka menganiaya dan mengusir Beliau dari negerinya, serta memerangi Beliau di mana saja Beliau berada. Beliau sholallohu ‘alaihi wasallam bersabda kepada mereka, “Tak ada celaan sedikit pun yang layak ditujukan kepada kalian. Pergilah!, kalian semuanya bebas”.

Yang ketujuh, Kepribadian yang Kuat.
Syarat bagi seorang pendidik harus mempunyai kepribadian yang kuat, tidak cacat dan diragukan, agar berpengaruh terhadap obyek didiknya. Kepribadian yang kuat tidak memerlukan banyak hukuman atau sangsi, sebaliknya bisa mencegah terjadinya banyak kesalahan serta mampu menanamkan keyakinan dalam diri.

Rosululloh sholallohu ‘alaihi wasallam benar-benar mempunyai kekuatan pribadi, yang bisa Beliau gunakan untuk menghujani hati musuh-musuh Beliau dengan keyakinan, begitu pertama kali bertemu dengan Beliau sholallohu ‘alaihi wasallam.

Telah dituturkan mengenai sifat Beliau sholallohu ‘alaihi wasallam, bahwa “Orang yang melihat Beliau sholallohu ‘alaihi wasallam pasti kagum kepada kepribadiannya”.

yang kedelapan, Percaya Sepenuhnya pada Tugas Pendidikan.
Istilah para pengkaji mengenai sifat ini berbeda-beda. Ada yang menyebutnya dengan Iman, yakni keyakinan penuh, tetapi ada juga yang menyebutnya dengan hubbul amal, yakni cinta pada tugas, dan ada juga yang menyebutnya dengan iqtina bil amal, yakni percaya penuh pada tugas.

Sifat ini merupakan prasyarat yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik. Sebab, pendidikan merupakan kontribusi mental dan spiritual. Jika seorang pendidik tidak percaya sepenuhnya dengan tugas pendidikannya, niscaya tidak akan mampu memberikan kontribusi ini.

Inilah suatu tauladan baik yang dipraktekkan oleh teladan kita, dan contoh yang baik bagi setiap Muslim yang menginginkan kebaikan dan keselamatan bagi anak-anak kita. Semoga Alloh ‘Azza wa Jalla menjadikan kita pendidik-pendidik yang baik bagi anak-anak kita. Aamiin. Wallohu a’lam.

Wassalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "8 SIFAT PENDIDIK YANG BERHASIL"

Posting Komentar